Kuala Mulia, kegiatan PKG di SMPN 3 Kuala Cenaku.
Kesehatan anak usia sekolah dan remaja merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Dalam era modern ini, berbagai tantangan kesehatan mulai mengancam generasi muda Indonesia . Data kesehatan anak dan remaja Indonesia menunjukkan berbagai tantangan serius yang memerlukan perhatian khusus. Masalah overweight dan obesitas menjadi ancaman nyata, dimana 1 dari 6 anak usia 13-15 tahun (16,2%) mengalami kondisi ini. Aspek kebersihan diri juga memprihatinkan, dengan hanya 1 dari 2 anak usia 10-19 tahun yang melakukan cuci tangan dengan benar.
Gaya hidup sedentary menjadi perhatian utama, dimana 7-8 dari 10 peserta didik usia 13-17 tahun tidak aktif secara fisik minimal 60 menit per hari (76,2%). Masalah kesehatan mental dan emosional tidak kalah mengkhawatirkan, dengan 1 dari 10 peserta didik usia 13-17 tahun pernah mencoba bunuh diri dalam 12 bulan terakhir (10,7%). Kondisi ini menunjukkan perlunya intervensi komprehensif melalui program kesehatan terpadu
Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis anak sekolah dirancang sebagai sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi. Sebagai bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) presiden, program ini tidak hanya berfokus pada aspek kuratif, tetapi lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif untuk mencegah berkembangnya masalah kesehatan pada anak usia sekolah.
Sasaran program meliputi seluruh anak usia sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas, dengan fokus khusus pada kelompok usia yang rentan mengalami perubahan fisik dan psikologis. Program ini juga melibatkan guru, orang tua, dan tenaga kesehatan sebagai bagian integral dari ekosistem kesehatan anak.
Jenis Pemeriksaan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Program cek kesehatan gratis dirancang secara bertingkat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik setiap jenjang pendidikan:
Sekolah Dasar (7-12 tahun) Pemeriksaan pada jenjang SD mencakup status gizi, perilaku merokok (khusus kelas 5-6), tingkat aktivitas fisik (kelas 4-6), tekanan darah, gula darah, tuberkulosis, kesehatan telinga, mata, gigi, kesehatan jiwa, hepatitis B, kesehatan reproduksi (kelas 4-6), dan riwayat imunisasi (kelas 1). Fokus utama pada tahap ini adalah deteksi dini masalah pertumbuhan dan perkembangan serta pembentukan perilaku hidup sehat.
Sekolah Menengah Pertama (13-15 tahun) Pemeriksaan pada jenjang SMP meliputi status gizi, perilaku merokok, tingkat aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah (kelas 7), tuberkulosis, talasemia, anemia (kelas 7), kesehatan telinga, mata, gigi, kesehatan jiwa, hepatitis B dan C, kesehatan reproduksi, dan imunisasi HPV (kelas 9 putri). Pada tahap ini, pemeriksaan mulai difokuskan pada masalah kesehatan yang berkaitan dengan masa pubertas dan perubahan hormonal.
Sekolah Menengah Atas (16-17 tahun) Pemeriksaan pada jenjang SMA mencakup status gizi, perilaku merokok, tingkat aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah, tuberkulosis, talasemia, anemia remaja putri (kelas 10), kesehatan telinga, mata, gigi, kesehatan jiwa, hepatitis B dan C, dan kesehatan reproduksi. Pemeriksaan pada tahap ini lebih komprehensif mengingat siswa sudah memasuki fase remaja akhir dengan risiko kesehatan yang lebih kompleks.
Pelaksanaan Program Kesehatan Gratis (PKG) Sekolah dimulai 7 hari sebelum pemeriksaan di sekolah dengan tahapan yang terstruktur. Pada H-7, dilakukan koordinasi antara tenaga puskesmas dengan sekolah, dimana tenaga puskesmas bersama pihak sekolah memberikan informasi PKG sekolah dan tautan kuesioner pemeriksaan yang perlu diisi oleh orang tua/wali dan/atau peserta didik. Pada H-2, tenaga puskesmas memastikan keterisian kuesioner serta mempersiapkan alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Pada hari pelaksanaan, dibutuhkan 2 ruang pemeriksaan dengan 1 ruangan memiliki panjang >6 meter untuk pemeriksaan mata, melibatkan guru UKS/pengasuh pengampu kesehatan untuk membantu pengukuran tinggi dan berat badan serta guru PJOK/pengasuh pengampu kebugaran untuk membantu pemeriksaan kebugaran, dan pemeriksaan kesehatan sesuai jenjang oleh tenaga puskesmas.
Keberhasilan program ini memerlukan komitmen berkelanjutan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, institusi pendidikan, hingga masyarakat. Dengan dukungan yang optimal, program ini dapat menjadi model pelayanan kesehatan preventif yang efektif dan dapat direplikasi di berbagai daerah.
Investasi dalam kesehatan anak hari ini akan menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, program cek kesehatan gratis anak sekolah bukan hanya sekadar program kesehatan, tetapi juga investasi strategis untuk masa depan bangsa.