Kegiatan

Kegiatan Pemeriksaan Darah Malaria Massal Untuk Scranning Malaria

UPTD Puskesmas Kulim Jaya mengadakan pemeriksaan deteksi malaria di wilayah kerja Puskesmas Kulim Jaya.
Malaria adalah penyakit yang ditimbulkan karena infeksi parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles (betina). Ada 5 spesies Plasmodium yang dapat menimbulkan penyakit malaria di manusia antara lain:

1. Plasmodium falciparum
Gejala demam intermiten (ada fase suhu badan turun ke normal) dan kontinyu
2. Plasmodium vivax
Ada interval bebas demam 2 hari
3. Plasmodium ovale
Ada interval bebas demam 2 hari
4. Plasmodium malariae
Ada interval bebas demam 3 hari
5. Plasmodium knowlesi
Demam intermiten dan kontinyu

Beberapa provinsi yang masih merupakan zona merah penyakit malaria misalnya NTT, Papua, Maluku, dan Maluku Utara. Apabila Anda ada riwayat bepergian ke daerah tersebut, mungkin saja Anda terkena malaria. Anda dapat terkena malaria apabila ada digigit langsung oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium. Malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah dari penderita malaria atau penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria tidak ditularkan dari kontak fisik atau kontak dengan cairan tubuh penderita malaria seperti bersin ataupun ludah.

Gejala malaria antara lain:

1. Demam menggigil, berkeringat
2. Sakit kepala
3. Sakit ulu hati
4. Mual dan muntah
5. Penurunan nafsu makan
6. Tampak pucat atau badan kekuningan
7. Pembesaran organ hati atau limpa
8. Diare
9. Nyeri otot dan pegal-pegal

Diagnosis malaria adalah selain dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik, juga didapatkan dari pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan darah tes diagnostik cepat (RDT) malaria (hanya mendeteksi antigen parasit malaria, tidak bisa digunakan untuk evaluasi pengobatan) dan juga pemeriksaan mikroskopis hapusan tebal tipis darah untuk melihat spesies Plasmodium dan fase hidup parasit tersebut. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk memastikan ada tidaknya kondisi anemia (hemoglobin kurang) yang membutuhkan transfusi darah dan juga pemeriksaan fungsi hati untuk melihat komplikasi malaria. Pasien malaria yang sudah bebas demam dapat tetap memberikan hasil pemeriksaan malaria yang positif, terutama bila belum mendapatkan pengobatan antimalaria.

Apabila dari pemeriksaan darah sudah didapatkan malaria positif dan jenis parasit Plasmodium penyebab malaria tersebut, pasien kemudian diterapi menggunakan obat kombinasi artemisin/ artemisin combination therapy (ACT). Dosis dan lama pengobatan disesuaikan dengan spesies plasmodium penyebab malaria yang ditemukan dari pemeriksaan darah. Setelah pengobatan 3 hari, pasien perlu melakukan pemeriksaan hapusan tebal tipis darah untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan perlu tidaknya pengobatan tambahan. Pada malaria yang berat dapat digunakan sediaan ACT injeksi atau pertimbangan pemberian obat malaria lini kedua seperti kina.

Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan membasmi vektornya yakni dengan cara fogging (pengasapan), mencegah gigitan nyamuk dengan penggunaan kelambu saat tidur dan penggunaan repelan, dan konsumsi obat antimalaria atau obat khusus untuk pencegahan apabila akan melakukan perjalan ke daerah-daerah endemis malaria. Biasanya malaria akan lebih mudah menyerang orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *