RENGAT, JUMAT 26 JULI 2019
TEMPAT : AULA PUSKESMAS SIPAYUNG
Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya “benih kehidupan”. Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.
Kesehatan jiwa adalah tentang bagaimana kita berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan kita sehari-hari serta memutuskan bagaimana kita mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain dan membuat pilihan.
Masalah kesehatan jiwa di indonesia merupakan salah satu masalah yang baru – baru ini mulai mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat , terutama sejak munculnya kasus – kasus terkait kesehatan jiwa yang pada akhirnya menyebabkan hal – hal yang berdampak negatif.
Diseluruh dunia , diperkirakan sekitar 10-15% dari populasi anak – anak dan dewasa muda mengalami gangguan mental (Kieling, Baker-Henningham et al. 2011) . Sementara itu , salah satu dari dampak gangguan kesehatan yang menjadi salah satu sorotan masalah untuk diselesaikan, yaitu bunuh diri, merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia untuk kelompok usia 15-29 tahun , setelah kematian akibat kecelakaan lalu lintas.
Di Indonesia sendiri , berdasarkan laporan dari riskesdas , didapatkan prevalensi gangguan kesehatan untuk usia 15 tahun keatas mencapai 14 juta orang , yaitu sekitar 6% dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia. Selain itu terdapat sekitar 1,7 orang per 1000 penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat , salah satunya skizofrenia.
Orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Michael Kirk Patrick
Penyebab dari gangguan kesehatan jiwa bersifat multifaktorial , dengan kata lain , berbagai hal dapat menyebabkan kesehatan jiwa , baik faktor internal , maupun faktor eksternal. Faktor internal yang diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa adalah faktor genetik. Beberapa penyakit kongenital ( penyakit yang dimiliki dari lahir ) dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa , terutama penyakit kongenital yang menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut.
- Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
- Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
- Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
- Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
- Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
- Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
- Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
- Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.