Stunting merupakan akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak serta risiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa seperti diabetes melitus, hiperkolesterol dan hipertensi. Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi terpadu yang mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Penyelenggaraan intervensi terpadu tersebut yang melibatkan lintas sektor dan menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, yang pada akhirnya membantu terhadap pencegahan stunting.
Pemerintah menetapkan percepatan penurunan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4% pada 2021 menjadi 14% pada 2024. Strategi penurunan angka stunting juga sudah ditetapkan dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting sesuai PP No 72 Tahun 2021. Peraturan Pemerintah tersebut mendorong sejumlah langkah starategi seperti peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan terkait program penurunan angka stunting dimulai dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting.
Pemerintah kabupaten Indragiri Hulu dalam upaya penurunan prevalensi stunting tersebut, dalam hal ini khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu bersama lintas sektor terkait menargetkan penurunan prevalensi stunting pada akhir tahun 2022 menjadi 20% dari tahun 2021 dimana angka prevalensi stunting kabupaten Indragiri Hulu sebesar 23.6 % yang turun dari 29,6% di tahun 2020, hal ini di canangkan pada pertemuan penguatan komitmen kabupaten/kota dalam pencapaian indikator program gizi se propinsi Riau di Pekanbaru bulan Mei 2022 yang lalu diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu Elis Julinarti, DCN,. M.Kes. Namun hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 angka prevalensi stunting kabupaten Indragiri Hulu dapat turun menjadi 16,9% yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang meliputi intervensi sensitif dan intervensi sensitif yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2022 secara terintegrasi oleh lintas sektor. Berikut data prevalensi stunting Kabupaten Indragiri Hulu dari tahun 2013 – 2022:
Cakupan | Tahun | ||||
2013 | 2018 | 2019 | 2021 | 2022 | |
Prevalensi Stunting (%) | 40,5 | 32,2 | 29.67 | 23,6 | 16,7 |
Upaya-upaya intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu terhadap sasaran remaja putri dan wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, balita usia 0 – 23 bulan dan balita usia 24 – 59 bulan antara lain meliputi peningkatan pengetahuan tentang pencegahan stunting dan peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan strategi promosi kesehatan, peningkatan surveilans gizi, penguatan intervensi suplementasi gizi pada ibu hamil dan balita, penyediaan makanan tambahan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan bagi balita kurang gizi, suplementasi gizi mikro seperti kapsul vitamin A dan Tablet tambah darah serta pembinaan dalam peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pembinaaan pelaksanaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan layanan pengendalian penyakit seperti kecacingan.
Keberhasilan upaya-upaya tersebut tidak terlepas juga dari peran pemberi pelayanan kesehatan dimasyarakatyang diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting sehingga dapat memberikan informasi dengan benar dan tepat dalam melakukan intervensi layanan kesehatan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan untuk setiap kelompok sasaran sesuai perannya dalam pencegahan stunting menjadi penting. Karena dengan meningkatnya pengetahuan tersebut, diharapkan kelompok sasaran dapat melakukan perubahan perilaku yang mendukung pencegahan stunting di tingkat masyarakat, sehingga dapat membangun kepercayaan masyarakat untuk dapat diperoleh perubahan perilaku yang mendukung pencegahan stunting di masyarakat.